Infotainment
bicara infotainment memang menarik, lebih menarik lagi karena banyak teman kita yang mencari sesuap nasi di sana. menelisik tayangan infotainment sesungguhnya mulai mengkristal ketika kabar kabari mulai on air, meski sesungguhnya ini bukan yang pertama, hanya saja kabar kabari memang yang pertama mengemas infotainment menjadi satu tayangan yang utuh khusus dunia artis. Tayangan yang muncul kemudian kalau gak salah cek & richek dan seterusnya muncul KISS.
Nah... pada saat kabar kabari muncul, bentuk tayangan sejauh yang saya tahu masihlurus lurus saja, karena sedikitnya saya tahu 'orang di belakang layar' tayangan tersebut, sebut saja Remmy Sutansyah, dedengkot tabloid citra, Amazon Dalimunthe yang saat itu memegang kendali hiburan di Harian Terbit, Zul Lubis pemegang rubrik hiburan di Rakyat Merdeka, Bayan, pemegang rubrik koran semarang kalau gak salah Suara Merdeka, dan yang menyusul kemudian Aray yang beberapa kali pindah media cetak tapi tetap di dunia hiburan.
Setahu saya, mereka ini cukup disiplin dengan ilmu jurnalistiknya, sehingga turunan beritanya tidak melulu bicara soal gosip dan ngobok ngobok urusan pribadi orang. Sejauh yang saya tahu, dalam memaparkan berita mereka masih lempeng lempeng aja, kalaupun ada 'kenakalan' itu tidak sampai pada hal hal yang membuat orang harus ngamuk ngamuk.
Namun kemudian, ketika muncul cek and richek dan KISS, nuansa berita sudah mulai berubah arah, 'kenakalan' yang awalnya disodorkan kabar kabari, di dua tayangan ini menjadi berbeda, karena 'kenakalan' dua tayangan ini sudah mulai bisa membuat kuping memerah.
Kelatahan kemudian muncul diikuti tayangan infotainment yang lain, yang secara jujur harus saya katakan, TIDAK MEMILIKI BASIC JURNALISTIK yang kuat. Bahkan bukan hal aneh, kalau reporter infotainment tidak bisa bikin berita. Jangankan berita, bikin kalimat aja bisa gak bener..... bahkan dalam perkembangannya sekarang, bukan hanya sistim kloning berita, tapi sudah mewabah pada kloning gambar, jadi pekerjaan infotainment tidak lagi didasari pada pekerjaan jurnalistik yang dulu SANGAT MEMBANGGAKAN, tapi sudah berubah dengan dasar dan alasan asal dapat berita..
KONYOL CUI...
Memperhatikan hal itu, pada akhirnya roh jurnalistik yang harusnya ada (kalau infotainment minta disebut sebagai pekerjaan jurnalistik) kini sudah tidak ada lagi. Mintanya disebut pekerja jurnalistik, tapi para pekerjanya tidak lagi mempunyai jiwa jurnalistik. .. he he he
Jadi... proses pembusukan pada diri infotainment itu juga dilakukan oleh para pekerjanya sendiri, kita tidak bisa menyalahkan siapa siapa, stasiun tv yang harusnya menjadi saringan terakhir bobol, pemasang iklan ikut memberi andil karena ikut membuat infotainment tetap mempunyai nilai jual, konyolnya, masyarakat kok ya mau maunya nonton infotainment. Busuklah kita semua....
Setuju boleh ... gak setuju justru dianjurkan
Label: infotainment, jurnalistik
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda